Laman

Jumat, 23 September 2011

KEJUJURAN HATI

Sebuah kisah cinta dua manusia yang lumrah berawal dari selembar kartu ucapan selamat yang dibingkiskan dona buat Prima saat merayakan HUTnya tanggal 28 juli. “Semoga sukses dalam cita dan cinta”, seuntai kalimat dalam kartu ucapan itu yang membuat jantung Prima agak berdebar. Cinta…..?? “apa maksud Dona dibalik harapan itu?”celetuk Prima tak mengerti. Di mata Prima memang Dona pribadi yang simpatik. Prima sadar bahwa benih ketertarikan kepada dona mulai bersemi saat pertemuan pertama pada pesta perpisahan. Namun berat bagi prima uuntuk berterus terang tentang perasaanya. Ia kerap dihantui keraguan, entah ada maksud tertentu dari kata itu? Ataukah “cinta “ yang dimaksudkan hanya sebatas kata?”
Dalam sebuah pertemuan di malam Minggu sebelum keberangkatan Prima, Dona yang lugu membuat sebuah kejutan. Selimut malam menjadi saksi bisu, ketika ia menyikap rrahasia hati dan perasaannya kepada Prima. Prima tak pernah menduga kalau selama ini dona sungguh menantikan tanggapan dalam kartu ucapannya. “ berdosakah aku bila mencintai seorang frater?”, sebuah pertanyaan polos meluncur dari bibir Dona. “Selama ini kakak tega membuat aku hidup dalam penasaran, yang bagiku adalah sebuah penderitaan. Aku mengerti posisi kakak, namun cinta sebagai perasaan yang lumrah seyogyanya dipahami dan coba ditanggapi”, lanjut Dona serius.
Prima yang dari tadi tertunduk kini berani mengangkat muka lalu memandang wajah Dona. Dona….!!” Sapa prima dengan suara memelas.” Keseriusan dan kepolosanmu telah menyadarkan aku untuk lebih dewasa dan jujur dengan diriku”, ucap Prima tenang. “ Apa maksudnya kak?” potong Dona tak mengerti. “ begini Dona!”, lanjut prima meyakinkan. “ Selama ini sebenarnya aku penasaran sama kamu. Aku tetarik pada pribadimu, tapi apa mau dikata, walau aku alami sesuatu yang lain setiap kali berjumpa dan berbicara denganmu, betapa sulit bagiku untuk mengungkapkan semua perasaan ini kepadamu. Apalagi jati diriku sebagai seorang calon imam yang kadang serba salah dan serba dipersimpangan justru menghimpit benih cinta dalam hati ini. Prima yang telah mengerti perasaan dan lantas bangkit meraih dan memegang erat tangan sahabatnya. Dipandangnya dalam - dalam waja Dona seraya berbisik “ sesungguhnya akupun mencintaimu”. Mendengar itu dona tak ampu lagi menahan gejolak perasaanya , segera bongkah – bongkah bening jatuh merembesi pipinya . “ Maafkan aku kak ” pinta Dona dengan suara parau. “ Tanpa sadar aku telah memaksa kehendak dan perasaanku sendiri.aku terlalu egois dan kurang tahu diri. Selama ini aku lancang memvonis kakak seorang lelaki yang dingin dan buta terhadap cinta. Oh… betapa berdosanya diriku”keluh Dona sambil rebah dalam dekapan Prima.
Prima yang agak kikuk coba memahami gejolak perasaan Dona. Dengan sapu tangannya ia menghapus linangan air mata di wajah Dona. “Dona…! Mencintai seseorang termasuk frater bukanlah dosa. Cinta adalah ungkapan persaan hati yang lumrah dan manusiawi. Cinta merupakan anugerah. Dalam dan melalui cinta, manusia tumbuh dan berkembang. Cinta membuat pribadi manusia tak pernah merasa sepi dn sendirian dalam hidup ini. “ tapi kak…”potong Dona yang mulai ceria kembali. " Kata orang cinta itu tak selamanya harus memiliki”. ‘benar…..!” sambung Prima ceplos. ” cinta memang tak selamanya harus memiliki. Mungkin inilah misteri cinta, karena sekian sering dua insan yang saling mencintai justru merasakan gairah dan madu cinta tanpa harus bersatu. Dalam dan melalui cinta mereka yang terjalin tulus ada hati yang saling menghargai dan memahami”, sambung Prima.
“entahkah cinta kita juga bakal berakhir tanpa harus saling memiliki?’ balik Dona ingin tahu. “tidak Dona”, potong prima. “ Cinta kita akan tetap lestari. Cinta kita adalah cinta yang memiliki”. ‘ lantas, apa yang dapat kita miliki kak?” sambung Dona pelan. “Yang bakal kita miliki dari cinta ini ialah hati”, jawab prima semabi memekarkan senyum penuh arti kepada Dona. “ hati yang senantiasa menghargai dan memahami merupakan tembang abadi yang akan terus kita senandungkan sepanjang ziarah cinta ini”.

Malam kian larut. Dari kejauhan terdengar alunan syair vokalis Nidji yang begitu indah menghiasi malam perpisahan itu dan yang menemani dua insan yang mencoba tuk saling memahami
“Yakinkan aku Tuhan, dia bukan milikku
Biarkan waktu,..waktu,..hapus aku.
Sadarkan aku Tuhan, dia bukan milikku
Biarkan waktu,..waktu,..hapus aku”.
“ Kak, jika kita jalannya telah berbeda, haruskah kita berharap langit kan berikan jawaban walau hanya satu kata penuh makna? Pastikan kita bisa dengarkan suara hati. Cinta kita sama, walau rintangan melintas. Cobalah tuk menerima semua yang telah digariskan dan janganlah berhenti di persimpangan jalan, sebab banyak yang dapat kau lakukan kak. Biarkan panggilan tetap bersinar di hatimu dan menutup bayanganku. Cahayanya yang walaupun redup senantiasa menghangatkan dan menjaga agar tetap terang di hatimu, menuntunmu ke mana arah yang akan kau tuju. Jangalah biarkan gelap selimuti hatimu, dan jadikanlah hidup lebih berarrti bagimu, bagiku, dan bagi semua. Satukanlah harapan demi kau, dan aku di masa depan” titip Dona di ujung pertemuan mereka.



SEPTEMBER 2007


Tidak ada komentar: