Laman

Selasa, 13 Maret 2012

DILEMA


Dilema mengandaikan situasi dengan dua pilihan yang bernilai sama ; sama besar pengorbanan yang harus dikeluarkan, sama berat risiko yang diterima, sama besar hasil yang diperoleh,. Sebuah peribahasa tua ; ‘bagai makan buah simalakama’,  mungkin bisa membantu kita tahu lukisan situasi dilema. Di satu pihak, memilih makan buah simalakama, berarti kita mempercepat waktu kematian kita. Di pihak lain, memilih tidak makan, berarti menambah tingkat, kualitas kesengsaraan kita. Keputusan dan tindakan dalam situasi dilematis, tidak bisa tidak melahirkan penilaian yang bernuansa kurang-negatif, atau penilian yang jauh dari titik maksimum (kebaikan, kesempurnaan, positif, dan sebagainya).    Situasi dilematis datang dan menyerang siapa saja. Hidup itu suatu pilihan ; bukan hanya menunjukkan bahwa hidup itu pilihan dari opsi lain yaitu kematian tetapi juga menegaskan banyaknya pilihan yang harus dialami dalam hidup. Manusia hidup dan oleh karenaya manusia dihadapkan dengan pilihan dalam hidup. Situasi dilematis pun datang dan mendiami rumah pastoran. Pastor punya dilema, dalam ungkapan yang trend saat ini ; dilema pastor dalam memilih pilihan atau membuat keputusan. Saat lebih memilih tinggal dipastoran saja, nanti dibilang kuper. Sebaliknya saat banyak berkunjung, disebut tukang jalan. Saat tampil dengan pakaian sederhana, dibilang gak gaul, tidak ikut trend. Sebaliknya saat tampil dengan mewah dan rapih, dijuluki sosok yang tidak sederhana, yang suka bergaya. Saat omong tentang uang, disebut mata duitan. Sebaliknya saat diam tentang uang, dicurigai sembunyikan duit. Saat berbicara keras dan tegas, disebut sosok yang kaku, tidak ramai diajak omong. Sebaliknya saat bersikap tenang dan lembut, dibilang tidak teguh pendirian, mudah terbawa. Saat berbicara banyak, dijuluki si cerewet. Sebaliknya saat lebih memilih diam, dijuluki sosok yang dingin, tanpa basa-basi.
Di samping itu, rumah-rumah umat pun dikunjungi situasi dilema. Dalam bahasa sehari-hari, biasa disebut dilema umat ; saat memilih berkonsultasi, dibilang cari perhatian. Saat diam-diam saja dengan masalah yang ada, disebut-sebut takut/menghindar. Saat berkunjung ke pastoran, digosipkan ini dan itu. Sebaliknya, jika tidak berkunjung, dibilang bukan umat paroki bersangkutan. Saat mengajak pastor berkunjung ke rumah, dibilang mau tunjukkan diri. Sebaliknya saat tidak sekali pun mengajak pastor kerumah, disebut lupa orang, lupa keluarga. Saat berbicara banyak tentang pastor, digosipkan pasti berhubungan dekat. Sebaliknya, saat memilih diam untuk berbicara tentang pastor, disebut jarang berkomunikasi dengan pastor. Keputusan lari dari situasi dilema sama sekali tidak akan menyingkirkan situasi dan pilihan dilematis. Jalan satu-satunya adalah menjalankan dan memutuskan dalam situasi dilemma. Namun keputusan hendaknya bukan keputusan/ tindakan sepihak sebab jika demikian hanya akan tetap menghasilkan penilaian yang kurang. Melainkan perlu ada pertimbangan yang melibatkan sesama sehingga bersama-sama menentukan dan mengambil pilihan/jalan yang tepat dan baik. Pertimbangan bersama dalam suatu kesempatan bersama yakni dialog. Dialog mengandaikan ada keterbukaan dan kerelaan menyampaikan dan menerima kritikan dan masukan.

Tidak ada komentar: