Laman

Selasa, 13 Maret 2012

EPISODE TERAKHIR (Sebelum Maut itu Datang Jemput Aku)



I
Kelam malam mendekam seram
Tersekap Aku dalam genggaman kebimbangan
Menjemput kecut-takut
Peluh menetes dari
Sujud Aku tengadah pada-Mu
“ Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau ambillah cawan ini dari pada-Ku tapi bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi”

II
Di pekatnya malam pawai berarak
Dengan obor di tangannya
Temui Raga duka dibalut sepi
Ditinggal pergi Bapa
Sebuah kecupan merenggut Aku dalam derita
“Apakah dengan kecupan in kau menyerahkan  aku???”

III
Berlangsunng sudah pembantaian
Entah ke mana mereka menyeret-Ku pergi
Murid tersayang mengintai dari balik semak
Letup kalimat penyangkalan dari rongga mulutnya
Dan kokok jago pecahkan sepi malam
Terjawab sudah sumpah palsu atas Diri-Ku

IV
Kehadapan tuan agung wilayah itu
Sekedar minta persetujuan
Dan sebuah lakon ketidakadilan dipertontonkan
Pada jutaan mata penuh amarah
Dan gemuruh suara membahana
“Salibkan Dia!!!!! enyahkan Dia!!!!!
Sebuah keputusan cacat menjerat Aku

V
Malam beranjak menghilang
Embun menghampar
Seiring kembang kamboja harum semerbak
Pertanda dukacita makin mendekat
Aku digiring pergi menuju bukit duka nun jauh disana
Dengan beban teramat berat menyusuri jalanan kerontang

Segala menetes dari luka
Merah merembes dari tulang keropos
Ratap tangis silih ganti berurutan
Di sudut setapak Bunda berdiri
Menahan getir hatinya yang pedi, pilu
Tatap Aku dalam tangis


VI
Mentari meleleh
Terkapar Aku pada palang
Lalu gelap membentang
Jadi sunyi penuh suci
“Allah-Ku ya Allah-Ku Mengapa Kau tinggalkan Aku?”
Sayup terdengar isak
Lantas senyap kembali mengepul
Di akhir hembusan terucap
“ Bapa selesailah sudah”

ISA DI ATAS PUSARA BISUMU
MINTA AMPUNMU ATAS SALAHKU
Di PUSARAN WAKTU
KAMI MENANTI JAWABAN ATAS KEMENANGANMU
DI HARI BANGKITMU
(fr.Ino Koten)






Tidak ada komentar: