Kutitipkan
surat ini dari sang waktu yang lagi melaju dalam bisu….. kepada kamu yang
mungkin lagi tertidur….
Aku
berada dalam diamnya, aku berdiam dalam kebisuannya. Aku berada dan melaju
dalam Sang waktu yang diam dan membisu……
Kini,
dalam dingin yang menggetarkan jemari, dalam kabut yang memburamkan mata, kita
berpadu menguntai Sang waktu yang telah berangkat bersama angin musim lalu.
Kita
merajut lagi tapak-tapak yang tertinggal meski sebagiannya telah lebur bersama
rinai hujan musim ini……
Kini,
saat yang cantik untuk berpaling, menyususuri jejak-jejak yang mungkin telah
beku dalam pelukan kemarin…… saat yang tampan untuk melihat guratan-guratan
peristiwa pada kanvas kehidupan yang tergores manis dalam hujan musim lalu
Tanyakan
pada bibir mungilmu, berapa banyak kata yang terbuang ke dalam lembah
kesia-siaan?...... pernahkah bibirmu menuliskan kata yang menyileti
hati?.........
Selidikilah
tuturmu, mungkin dalam tutur yang ngelantur, ribuan bualan (gossip) telah kau
terbangkan ke udara?......
Lihatlah
pula matamu, mungkin matamu pernah terlalu tajam memandang sampai kau terpaku
pada sesuatu yang bukan milikmu?.......
Peganglah
tanganmu dan cobalah menimbang, apakah tangan dan jemari lentikmu telah terulur
manis …..memeluk tubuh-tubuh ringkih yang butuh dikasihani? Atau tanganmu telah
melambai kasar….. menepis segala
teriakan minta tolong?....
Sendengkanlah
telingamu, pernahkah ia medengar jeritan minta tolong anak-anak, tangis
membuncah si ibu dan nyanyian nelangsa si bapak di balik tembok putihmu?......
Intiplah
pula ke dalam budimu, pernahkah ia memikirkan nasib manusia-manusia
malang yang akrab dengan derita, dikecup manja oleh bulan yang patah, yang
beku, dan yang mendemamkan
Sang waktu sedang menatap
manja dirimu, menghangatkanmu dari demam musim lalu, sinarnya menebus
noktah-noktah merah yang melumuri busana kebesaranmu…..
Dalam lajunya yang diam, dia menitipkan wasiat
ini buat kamu yang mungkin masih terbuai dalam peraduan yang menggapai mesrah
tubuhmu……dia berbisik lembut di telingamu: bangunlah! basuhlah bintik-bintik
hitam yang mengotori dahimu, alihkanlah tatapan-tatapan genit dari matamu,
buanglah kata-kata buas dari bibir mungilmu, lembutkanlah jemari tanganmu yang
lentik biar dekapanmu selalu menghangatkan jiwa yang beku…… ini janji yang kuukir elok di hatimu….
Benih-benih janji akan berkecambah dalam
hatimu, mengingatkanmu pada wasiat sang waktu untuk selalu beralih dan
bersahabat dengan musim baru. Janjimu tak boleh bual, tak boleh bohong…..
karena sang waktu akan menjadi hakimmu yang adil, meski dia tahu kau dihadapkan
pada musim yang selalu menyayi dalam rayuan dan irama yang tak menentu…….
Dan kelak, di saat badai rayuan musiman datang
(lagi) menggodamu, dan kau bingung menentukan sikapmu maka janganlah memilih
dengan asal saja, tetapi duduklah dan tunggulah sesaat……. Tariklah nafasmu
dalam-dalam…….dengan penuh kepercayaan, seperti kau bernapas di detik pertamamu
di dunia ini. Tunggulah dan tunggulah lebih lama lagi……. Menyepilah dan
tetaplah hening sebab dalam laju dan bisu, wasiat Sang waktu akan berbisik
dalam hatimu………….ingatlah pada wasiat yang pernah kutitipkan!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar